Mind the poster. I didn't use any names so use your imagination pls heheh.
Bunyi rentak lagu yang
bermain di stereo kuat dipasang, tidak membenarkan sebarang bunyi lain datang
menganggu. Badan seperti biasa bergerak mengikuti rentak - perlahan-lahan dia
menari bersama pantulan manusia yang berada di hadapan. Sementara fikiran pula
sudah pergi jauh dari tempat asal.
Bunyi ketukan pintu
menganggu lamunan. Dipulas lalu dibuka - menampakkan seorang gadis yang
bertubuh kecil, memandang ke arahnya sambil tersenyum nipis. Pergerakannya
serta-merta terhenti, lantas lemah membalas akan senyuman tersebut. Stereo di
penjuru bilik lantas ditutup, membenarkan mereka memulakan perbualan.
“Kau okey?” pendek si gadis itu bertanya. “You
don’t look too good.”
Gelap. Bilik itu gelap.
Dia menoleh ke arah
perempuan itu, kemudiannya mengeluh perlahan. Dinding di belakang dia dekati,
sebelum duduk bersandar padanya – sambil memeluk kedua-dua belah kaki.
“Entahlah,” berhenti sejenak. “I don’t know
what to feel.”
Dia yang masih berdiri di
pintu, melangkah masuk ke dalam. Ditutupnya lembut daun pintu – lantas perlahan
mendekati jejaka tersebut. Sebelum melabuhkan punggung duduk di sebelahnya.
“Aku sedih tengok dorang. Kena lalui semua
benda ni, in a harsh way.”
Si gadis itu diam, mendengar
lelaki itu berkata-kata.
“I felt sorry for them. Especially towards
Yixing hyung.”
Senyap.
“The encounter – it wasn’t supposed to be like
this.”
“Nobody’s supposed to get hurt,” dia mengeluh
sekali lagi. “But it happened otherwise.”
Si gadis tersebut masih lagi
diam. Lalu perlahan dia mencapai tangan lelaki tersebut. Tangan yang dingin
itu, dipegang lalu diusapnya lembut – membiarkan haba segera bertukar badan.
“He’s at the hospital now, like always,”
sambungnya lagi. “And I don’t think it will heal anytime soon.”
Matanya dipejam rapat. Nafas
berat dilepaskan. Membiarkan sepi menguasai suasana.
Regret. Sadness. Rage. He
felt it all.
“It’s not your fault, you know,” gadis itu
membalas perlahan. “It’s not anyone’s fault.”
Senyap sebentar. Si gadis
itu tersenyum.
“Things happen. Jangan salahkan diri kau kalau
bukan kau yang buat.”
Bibir bawah diketap rapat.
Pandangan lalu dialihkan ke arah gadis tersebut, senyuman nipis di wajahnya
masih terukir. Tangan dalam pegangan – digenggam erat.
“I should’ve helped them. They’re not strong
enough, compared to I am,” ketawa sarkastik dilepaskan. “If only I was there.”
“No.”
“I should’ve been with them.”
“Don’t.”
“I felt useless.”
“No you’re not.”
Kata-katanya mati. Lantas
wajah gadis di sebelah ditilik tidak mengerti. Gadis berambut ikal itu membalas
pandangan, sebelum memandang ke arah cermin di hadapan. Sekaligus hati jejaka
tersebut terdetik keliru.
How can she be so calm? How
can she accept everything so easily? How can she manages to smile even when she
knew that something isn’t right?
How?
“Even though you can’t protect all of them, at
least you’d protect some of them,” bisikan hatinya serta-merta terhenti. Lelaki
tersebut merenung ke dalam anak matanya. Mencari maksud. Senyuman nipis gadis
itu samar-samar kelihatan. “You’re the maknae. It’s not your fault that you
can’t protect them.”
Mulut terkunci.
“But it’s not the elders’ fault too. Walaupun
dorang lebih tua, they can’t control what’s happening.”
Senyap. Dia termangu.
Tangan digenggam erat.
“So don’t blame yourself,” perlahan gadis itu
membuat kesimpulan.
Cermin di hadapan dia
pandang kosong.
Mengeluh perlahan. “I just
don’t know anymore.”
Tangan dari pegangan
dilepaskan. Sentuhan kini beralih – di pipi yang agak sedikit gelap itu.
Menyebabkan pandangan lelaki itu beralih sekali lagi. Ditekapnya lembut, ibu
jarinya mengusap kedua-dua belah pipi jejaka tersebut. Kolam mata gadis
tersebut lantas dia renung dalam. Anak matanya seolah-olah sedang berbicara.
Bertenang – itu yang dia mahu cuba
sampaikan.
Sang pria itu diam.
Merasakan kehangatan dari kedua telapak tangan halus tersebut.
Hatinya sedikit terasa
tenang. Segala gundah-gulananya perlahan-lahan pergi membawa diri – biarpun
buat seketika, meskipun tiada sebarang perkataan yang diutarakan. Hanya dengan
bantuan gerangan perempuan yang disayangi itu, serba sedikit kerisauan dan
pedih di hatinya diubati.
How can he not loved her?
Wajah yang sempurna itu
diamati.
Gadis itu kini berduduk
tegak. Tangan memberi isyarat pada bahu – menyuruhnya meletakkan kepala di
atasnya. Segaris jejaka itu tersenyum. Lantas perlahan-lahan merehatkan
kepalanya di atas bahu yang lemah itu.
Tangan melingkar di bahu,
memeluk jejaka itu erat. Sang pria tersebut membalas, dengan melingkarkan
sebelah tangannya di pinggang gadis tersebut – merapatkan jarak di antara
mereka. Kepalanya berpindah dari atas bahu – kini berada dekat di dada gadis
tersebut. Sekali-sekala terdengar akan degupan jantung miliknya.
Seakan-akan gadis itu
memahami, tangannya lembut mengusap kepala lelaki tersebut. Mata mereka lantas
dipejam rapat.
Keluhan kecil dilepaskan.
“Sometimes,” dia diam seketika. “I just wish I
could turn back time.”
Bibir bawahnya diketap
rapat. Nafas berat ditarik.
“But we can’t,” gadis
itu membalas. Masih mengusap kepala jejaka tersebut.
“You have chosen this path. We have chosen
this path. So we have to move on. Cherish every moment. Do what we always do –
while we’re still young and still have the passion to do it. Be inspired and
continue to inspire people. Okay?”
There it is.
Bibir kemudiannya mengukir
senyuman. Mengangguk perlahan.
“Okey.”
11 comments:
sukaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
terima kasihhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh *bows* hahahah
kyaaaaaaaaaaaaaaaa~
interesting.
suka gilosssssss.
ni sorang lagi ahahahahah. terima kasih sebab bacaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ~ XD
T~T jjjjjjjjjjjjjjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnggggggggggggggggggggggg.
sebelum tengok poster kat atas tu. Imagine KaiStal. Lepas habis baca usha poster. I'm like kyaaaaaaaaaa~
ahahahahahahah XD terima kasih sebab bacaaaaaaaa o 3 o *bows*
wow !! daebak ah unnie .. *give 100% marks*
ahahah, terima kasih!
do visit my fanfic blog too :
http://fairytaleaboutluhan.blogspot.com/
/CHOKESSSSS/
MAGGIE TERSEMBUR OMG
what? hahahahahahahah
Post a Comment